Bukan Penipuan Seperti First Travel... Bapak Ini Berangkat Umroh Hanya Dengan Rp. 5000

Kerinduan akan tanah suci tidak pernah terbatasi oleh apa pun, tak terkecuali rintangan ekonomi. Seorang bapak yang kesehariannya hanya memenuhi hidup sebagai penyedia jasa pijat, bertekad kuat untuk bisa hadit di Baitullah. Berkunjung langsung ke rumah Allah. Meski serasa tidak mungkin, ikhtiar dan yakinnya pada Allah semakin dimantapkan. Bahwa bagi siapa yang teramat ingin tiba di Baitullah, tiada yang lebih Kuasa memudahkan kecuali Allah.


Bila berhitung dengan jumlah pendapatannya sehari-hari, si bapak tentu teramat sulit mewujudkan impiannya itu. Pendapatan dari jasa pijat pun hanya cukup untuk keperluan sehari-harinya. Bahkan sesekali harus kekurangan. Hidupnya yang pas-pasan tidak melemahkan iman dan yakinnya pada ke-Maha Kuasaan Allah. Si bapak sangat percaya, bila allah berkehandak, tak ada satu pun dzat yang mampu menghalangi. Cukuplah Allah menakdirkan jadi, maka jadilah segala sesuatu. (Foto cover: ilustrasi berdoa didepan ka'bah)

Berhitung-hitung si bapak dengan kemampuanya untuk menyisihkan sebagian penghasilan. Bila sehari ia mampu menyisihkan sebesar 5000 dari pendapatan, maka perlu berapa lama untuk sampai pada jumlah 18 hingga 20 juta. Di antara ikhtiar menabungnya itu pun belum ada jaminan bahwa usianya akan sampai. Sebab bisa saja di tengah ikhtiarnya, Allah sudah lebih dulu memanggilnya pulang.

Karena itu si bapak kemudian memutuskan untuk tidak menabung Rp 5000-nya dirumah. Ia memutuskan untuk menyimpannya pada Allah, menabungkannya di sisi Allah. Di setiap pagi, si bapak selalu berusaha untuk membawa 5000-nya sebagai sedekah di waktu subuhnya. Setiap hari, terus ia berusaha istiqamah mengamalkan sedekahnya. Tak terhitung, dan ia pun tak berhitung. Sebab keyakinannya bahwa Allah akan mengembalikan sedekah seorang hamba dengan berkali-kali lipat banyaknya.

Seminggu-sebulan-setahun. Keistiqamahan si bapak masih belum luntur. Ia terus memupuk baik sangkanya pada Allah, terus meninggikan doa dan memanjatkan keinginannya untuk bisa berkunjung ke Baitullah. Tumpuan harapannya hanya Allah, sebab tiada lagi yang sekiranya bisa mewujudkan. Kondisi ekonomi lemah, tak ada sedikit pun tabungan. Kepada siapa lagi ia bisa berpasrah kecuali pada Allah?

Di lingkungan masyarakat, si bapak terkenal sebagai ahlul masjid. Orang yang senantiasa menjaga shalat berjamaah lima waktu. Hampir tak pernah terlewat olehnya satu hari, dengan ketidakhadirannya pada satu kali shalat berjamaah di masjid. Ia dikenal sebagai orang yang taat beribadah, rendah hatinya, baik budi dan luhurnya.

Hingga tiba di suatu ketika, bertamulah seorang lelaki ke rumahnya. Lelaki ini sering ia temui di masjid, sebab sama-sama pejuang shalat berjamaah. Tiada di sangka, tanpa berlama-lama, lelaki ini menyampaikan amanah dari seseorang, untuk memberikan kepada si bapak dua paket umrah. Hampir tak percaya dan dikira hanya sekadar bercanda. Si bapak masih terus bertanya-tanya. “Ada seseorang yang sebab suatu halangan hingga tidak jadi berangkat, dan beliau mengamanahkan pada saya agar dua paket umrahnya diberikan pada bapak.”

Sungguh betapa bahagiannya si bapak, teramat bersyukurnya ia pada kekuasaan Allah. Ternyata di bumi bagian lain, ada seorang pengusaha yang sudah mendaftarkan diri dan istrinya untuk pergi ke tanah suci. Tetapi atas izin Allah, istrinya tetiba jatuh sakit yang bertepatan dengan semakin dekatnya waktu keberangkatan. Mendengar ada seorang bapak yang dengan gigihnya menjaga keistiqamahan bersedekah, ketaatan menjaga shalat berjamaah, seketika itu terpikirkan olehnya untuk memberikan dua paket umrahnya yang kemungkinan tidak jadi digunakan.

Lihatlah betapa Allah menggerakkan hati manusia. Lihatlah bagaimana ke-Maha Kuasaan Allah mengatur segala sesuatu. Bahwa dengan keinginan yang teramat sangat, didukung dengan ikhtiar yang terus diistiqamahkan, dilengkapi dengan kepasrahan sepenuhnya pada Allah. Tidak ada yang tidak mungkin. Hanya dengan Rp 5000 di setiap subuhnya, seorang bapak yang bekerja sebagai tukang pijat bisa berangkat umrah, hadir ke Baitullah bersama istri tercintanya.

Bila Allah inginkan seseorang hadir ke rumah-Nya, tiada seorang pun dapat mengira dan menduga. Semata-mata hanya Kuasa-Nya yang bisa mengubah kesulitan menjadi kemudahan, kesempitan menjadi kelapangan. Maha Suci Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Sumber: hijaz